Selasa, 31 Agustus 2010

HAKIKAT TURUNNYA AL QUR’AN BAGI MANUSIA

(Refleksi Peringatan Nuzulul Qur’an bagi Umat Manusia)

Hari demi hari bulan Ramadhan telah terlewati. Tidak terasa Ramadhan sudah memasuki sepertiga yang kedua. Tidak terasa pula bahwa umat islam akan menyambut momen besar dalam bulan penuh berkah ini. Momen itu adalah Peringatan Nuzulul Quran. Momen ini merupakan peringatan sebagai tanda syukur atas diturunkannya Al Quran ke muka bumi ini. Akan tetapi kalau kita lihat mungkin sebagian dari umat islam menyambut momen itu dengan berbagai macam bentuk antusiasme, mulai dari kalangan pedesaan sampai perkotaan,
mulai dengan acara-acara seperti taddarus, khataman, lomba MTQ/Tartil, pengajian-pengajian akbar, kenduri, pelantikan beberapa penghafal al Qur’an dan lain sebagainya. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan kita bersama adalah apakah memperingati momen mulia ini cukup dengan perayaan-perayaan seperti itu? Apa sebenarnya hakikat dari diturunkannya Al Quran di muka bumi ini? Dan apakah kita sudah memahami Al Quran sebagai pedoman hidup manusia yang sempurna?

Menyambut dan Mengisi Moment Nuzulul Qur’an
Peristiwa turunnya Al Quran merupakan peristiwa yang sangat penting bagi umat islam karena dengan keberadaan Al Quran umat islam dan manusia secara umum dapat hidup sesuai dengan aturan-aturan yang sudah Allah turunkan.
Kepastian bahwa Al Quran diturunkan pada Bulan ramadhan sebagaimana disampaikan oleh Allah dalam firman-Nya:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al Baqarah: 185).
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan” (QS. Al Qodar: 1).
Dalil di atas menunjukkan secara pasti bahwa Al Quran diturunkan oleh Allah pada bulan Ramadhan. Akan tetapi waktu tepat turunnya Al Quran masih terdapat beberapa perbedaan dari berbagai kalangan. Adanya perbedaan pendapat mengenai tanggal peristiwa Nuzulul Qur’an tidak perlu dipermasalahkan dan diperdebatkan akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana menjadikannya sebagai bahan renungan dan kajian, esensi diturunkannya Al Qur’an di muka bumi ini
Momen Nuzulul Quran hendaknya dijadikan sebagai momen istimewa bagi umat islam untuk merenung dan memahami esensi diturunkannya Al Quran di muka bumi serta menjadikannya sebagai aturan hidup. Jangan sampai kemuliaan Al Quran hanya dipersepsikan sebagai sebuah kitab suci yang menunjukkan simbolitas belaka, yang hanya cukup dibaca, diperlombakan bahkan hanya sekedar menjadi pengisi rak perpustakaan pribadi atau masjid, atau bahkan Al Qur’an dibikin yang besar atau kecil supaya dapat memecahkan rekor.
Memaknai Nuzulul Quran dengan persepsi seperti itu merupakan makna yang salah kaprah, karena sesungguhnya Al Quran merupakan salah satu rukun iman yang harus kita imani dengan yakin. Keimanan kepada Al Quran menuntut umat islam untuk menjadikannya sebagai aturan hidup, sebagai pandangan hidup dan sebagai problem solving atas persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia.
Aturan-aturan yang sudah Allah turunkan melalui Al Quran merupakan aturan yang paripurna yang seharusnya dipatuhi oleh segenap manusia yang mengaku sebagai seorang mukmin. Tentunya juga dengan melakukan perintah-perintah yang ada di dalam Al Quran tanpa harus membeda-bedakan antara persoalan ibadah ritual dengan persoalan-persoalan kehidupan lainnya. Mengimani Al Quran memiliki konsekuensi bagi seorang muslim untuk mengambil semua seruan dari Al Quran tanpa membeda-bedakannya. Ketika mereka menjalankan perintah Allah yang ada dalam Al Quran dalam ibadah-ibadah mahdoh seperti sholat, zakat haji, dan puasa ramadhan (seperti saat ini) mereka begitu memahami betul seruan (ayat-ayat Al Qur’an) Allah SWT serta tata cara pelaksanaannya (syari’at/fiqh), seperti di dalam firman-Nya berikut : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat“ (QS.Al Baqarah : 110). “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS.Al Baqarah : 183).
Disamping melaksanakan apa yang ada dalam Al Quran dalam persoalan ibadah ritual, maka harus konsisten juga dengan menjalankan segala seruan yang lain di luar ibadah ritual seperti syariat kekeluargaan, perekonomian, politik, pemerintahan, sosial, hukum dan seluruh aspek (bidang) kehidupan lainnya. Jangan sampai umat islam lebih memilih berkiblat pada aturan-aturan (syari’at/fiqh) kapitalisme ataupun sosialis/komunisme yang jelas-jelas keduanya tersebut bikinan manusia bukan berasal dari Al Qur’an kitab sucinya umat islam yang merupakan aturan (syari’at/fiqh) kehidupan yang diturunkan oleh sang Khaliq Allah SWT. Dan banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang di dalamnya juga menyeru kepada umat Islam tentang persoalan-persoalan lain sebagaimana seruannya kepada umat Islam tentang ibadah ritual, diantaranya adalah Firman Allah:
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf” (QS.Al Baqarah : 233). ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, maka hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al Baqarah : 282). ”Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al Baqarah : 275). ”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” (QS. Al Ahzab : 59), "Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka itulah adalah orang-orang yang kafir" (QS. Al Maidah : 44), dan masih banyak lagi yang lainnya
Seruan-seruan yang ada dalam Al Quran tersebut merupakan seruan Allah yang seluruhnya wajib diimani, dipahami dan diamalkan oleh umat Islam sebagi pedoman atau acuan di dalam kehidupann secara keseluruhan, tidak hanya sebagian ayat saja. Karena Allah mengancam mereka yang hanya mengambil sebagian seruan (ayat-ayat Al Qur’an) tersebut, sebagaimana firman-Nya :”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-rasul-Nya dengan mengatakan :”kami beriman dengan yang sebagian dan kami kafir terhadap yang sebagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan tengah di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya” (QS. An Nisaa’ 150-151).

Al Quran Sebagai Petunjuk dan Pedoman hidup
Al Qur’an yang diturunkan di bulan Ramadhan merupakan petunjuk hidup manusia. Allah berfirman: “Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil)” (QS. Al Baqarah: 185). Sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia, Al Qur’an telah menjelaskan segalanya secara rinci maupun global yang diperlukan untuk memecahkan problematika hidup manusia dari masa ke masa. Para ulama mujtahidin menggali hukum untuk menyelesaikan problem-problem baru yang tidak dijelaskan sebelumnya. Tidak habis-habisnya Al Qur’an menjawab setiap tantangan jaman dengan tepat. Ayat-ayat Al Qur’an senantiasa menyinari kehidupan kaum muslimin dan telah diatur bagaimana menyelesaikan permasalahan yang muncul dari hubungan antara manusia dengan penciptanya (Al Khaliq), hubungan dengan dirinya sendiri serta hubungannya dengan manusia yang lain. Seperti dalam firman-Nya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri Akhirat. dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS Al Qashas: 77). Ayat ini menjelaskan tentang cita-cita dan target hidup seorang muslim yaitu mendapatkan posisi yang terbaik di akhirat, namun ia tidak melupakan dunianya. Seorang muslim atau masyarakat muslim akan bercita-cita untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat sehingga dalam hidupnya senantiasa menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Sehingga Al Qur’an akan menjadi segala sumber hukum dalam kehidupan kaum muslimin. Al Qur’an juga mengajarkan manusia untuk bersikap jujur dan berani mengatakan kebenaran sekalipun perkataan yang benar itu akan membawa dia dalam kesulitan. Sehingga jangan sampai umat islam memposisikan Al Quran hanya sebagai simbolitas belaka, akan tetapi Al Qur’an wajib diambil sebagai pedoman seluruh ummat manusia dan dapat digunakan sebagai kurikulum seluruh kehidupan yang mampu menjangkau masa silam dan masa depan. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara penting. Kalian tidak akan tersesat selama berpegangan denganya, yaitu kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah Rasulullah SAW” (HR. Muslim).

Al Quran sebagai Media Ibadah Kaum Muslimin
Faktor utama yang menjamin keberlangsungan fungsi Al Qur’an sebagai pedoman hidup kaum muslimin adalah penguasaan dan pemahaman isi Al Qur’an. Penguasaan dan pemahaman mereka terhadap Al Qur’an dijamin oleh hukum-hukum ibadah yang berkaitan dengan Al Qur’an seperti membaca (tilawah), mempelajari (tadarus) dan memelihara hafalan (ta’ahud) Al Qur’an. Tidak seperti bacaan lain, membaca Al Qur’an baik mengerti maknanya atau tidak tetap dinilai sebagai ibadah di sisi Allah SWT. Maka kita sebagai kaum muslimin selayaknya setiap hari selalu membaca Al Qur’an . Allah berfirman : “…bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an” (QS Al Muzammil: 20). Bahkan Al Qur’an satu-satunya kitab yang boleh dibaca secara tartil, perlahan-lahan atau berirama. Mempelajari dan memahami Al Qur’an serta mengajarkan adalah ibadah yang sangat tinggi nilainya. Rasulullah bersabda : “Yang terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an” (HR. Bukhari dan Muslim). “Dan tiada berkumpul suatu kaum di dalam suatu rumah Allah mereka membaca kitab dan mempelajarinya bersama-sama (tadarus) melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat dikelilingi para malaikat dan disebut-sebut Allah dihadapan hamba-hamba-Nya disisi-Nya” (HR. Muslim). Nash-nash syara inilah yang mendorong para sahabat gemar menyibukkan diri membaca, mempelajari, menghafalkan dan mengamalkan Al Qur’an dalam setiap aspek kehidupan.

Ikhtitam
Jadi turunnya Al-Qur'an bukan hanya untuk diperingati setiap tahunnya, melainkan untuk memperingatkan kita setiap saat. Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan: "Alif Lam Mim Shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman" (Al-A'raaf:1-2). Pemahaman yang sahih terhadap Al Qur`an diperoleh dengan cara mempelajari Al Qur`an dengan perangkat-perangkat ilmu-ilmu keislaman yang bertolak dari Aqidah Islamiyah (tsaqafah Islamiyah) akan membawa manusia ke dalam jalan yang benar. Maka dari itu, dengan momen nuzulul Qur’an ini kita jadikan pengingat bagi diri kita akan pentingnya Allah menurunkan ke muka bumi ini. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al An’am ayat 155: “Al-Quran itu adalah kitab yang kami turunkan, yang diberkati. Karena itu, ikutilah dia dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat”. Wallahu a’lam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar