Jumat, 30 Juli 2010

BERSATU PADU MENGHENTIKAN KEBRUTALAN TERORIS ISRAEL


Pasukan Israel kembali menyerang Gaza, Palestina. Serangan tersebut menewaskan satu orang dan melukai tujuh lainnya, termasuk seorang bocah perempuan berusia 10 tahun. Sumber militer Israel, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (22/7/2010),

Kamis, 29 Juli 2010

KUMPULAN BERITA TERBARU


File ini sudah berbentuk pdf dan dijadikan satu menjadi winrar. Kumpulan berita ini bertujuan untuk memudahkan kaum muslimin untuk tetap update informasi. Karena kesadaran informasi itu sangat penting sekali keberadaannya yakni menyangkut saudara kita yang lain yang berada diseluruh dunia.

silahkan download disini
23 Juni 2010
24 Juni 2010
25 Juni 2010
26 Juni 2010
18 Juli 2010
19 Juli 2010
20 Juli 2010
21 Juli 2010
22 Juli 2010
23 Juli 2010
24 Juli 2010
25 Juli 2010
26 Juli 2010
27 Juli 2010
28 Juli 2010
29 Juli 2010
30 Juli 2010
31 Juli 2010
1 Agustus 2010
2 agustus 2010
4 Agustus 2010
5 Agustus 2010
6 Agustus 2010
8 Agustus 2010
11 Agustus 2010
13 Agustus 2010
14 Agustus 2010
16 Agustus 2010
20 Agustus 2010
21 Agustus 2010

Rabu, 28 Juli 2010

MELAWAN TEROR LEDAKAN TABUNG GAS


“Teror ledakan tabung gas tengah mengintai kita”, mungkin itulah kalimat yang tepat kita sampaikan untuk menggambarkan situasi saat ini. Banyaknya korban jiwa akibat ledakan tabung gas yang berjatuhan di kalangan masyarakat sudah tidak terhitung jumlahnya, bahkan harta benda juga ikut ludes terbakar akibat dampak ledakan tabung gas ukuran tiga kilogram yang bermasalah atau bocor karena diduga hasil oplosan. Menurut data Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), sejak 2008 hingga Juli 2010, di Indonesia terjadi sebanyak 189 kali kasus ledakan dalam pemakaian tabung gas elpiji rumah tangga. Rinciannya, pada 2008 terjadi 61 kasus, kemudian turun menjadi 50 kasus pada 2009. Tapi kemudian jumlah temuan meningkat tajam hingga pertengahan 2010, mencapai 78 kasus. "Jumlah ini memprihatinkan. Tabung gas seakan jadi bom waktu bagi masyarakat, khususnya Jakarta," kata Ketua Puskepi di Jakarta Selatan, Sofyano Zakaria, Kamis 8 Juli 2010. Kemudian, Sofyano mengutip hasil survei Badan Standarisasi Nasional (BSN) tentang penyebab kebocoran gas. Umumnya, terjadi karena permasalahan pada selang. Selain itu karena adanya masalah pada regulator dan tabung. (VIVAnews).
Lagi-lagi kita lihat betapa lambannya respon pemerintah. Seolah-olah dengan banyaknya kasus ledakan tabung gas ini yang telah menimbulkan banyak korban belum dianggap sebagai masalah serius bagi para petinggi negeri ini. Bahkan beberapa pejabat terkait malah saling lempar tanggung jawab, dengan mengatakan bahwa “yang meledak bukan tabungnya” sehingga bukan tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Pertamina. Setelah kemudian desakan masyarakat datang silih berganti, akhirnya dengan terpaksa pemerintah baru memberikan respon mulai dari program penggantian regulator dan selang dengan produk SNI, sampai memberikan uang duka. Kenapa masalah ini bisa terjadi? Dan bagaimana menyelesaikan persoalan ini? Sejauh mana semestinya tanggung jawab pemerintah untuk mengatasi masalah ini?

Akibat Kebijakan Yang Terpengaruh Kapitalisme
Dalam pemerintahan yang terpengaruh oleh system kapitalis seperti saat ini, adalah suatu kewajaran bila dalam setiap kebijakan yang diambil hanyalah menguntungkan beberapa pihak capital (pemilik modal), dan tak jarang juga mengabaikan dari sisi keamanan karena dalam prinsip mereka “yang penting untung”, seperti dalam kasus tabung gas ini. Ditengarai tabung gas ukuran 3 kg yang menjadi biang keladi masalah saat ini, ternyata diimpor dari China. “Ada kemungkinan salah satu pemenang tender yang memesannya dengan cara barang dikirim langsung ke pabrik (pemenang tender tersebut) lalu dikirim ke Pertamina seolah-oleh itu produksinya sendiri,” kata Ketua Umum Asosiasi Industri Tabung Baja (Asitab) Tjiptadi. Berdasarkan data dari Bea Cukai tabung elpiji berukuran 3 kg yang di impor dari China itu dibeli dengan harga yang cukup rendah US$ 4,93 atau Rp 44,800 dengan kurs 9.100 per dolar AS. Harga tersebut jauh lebih murah dibanding dengan harga yang harus dipesan Pertamina kepada industri lokal Rp 91 ribu (detikcom/Ant/p). Bahkan diperkirakan tabung gas elpiji 3 kilo yang abal-abal atau palsu yang beredar di tengah-tengah masyarakat saat ini ada puluhan juta tabung gas palsu (kualitas jelek). Dari hasil survei BSN 66 persen dari tabung gas elpiji yang beredar di masyarakat terindikasi palsu. Kalau kebutuhan konversi sampai saat ini ada 44 juta, berarti 29 juta merupakan tabung abal-abal atau palsu. Dengan melihat ini, bisa dipastikan berapa keuntungan yang akan diperoleh? Sehingga kita bisa pastikan saat ini ada ratusan bahkan ribuan tabung gas elpiji yang siap meledak karena kualitasnya yang jelek. Dan lagi-lagi demi keuntungan segelintir orang dan karena kelemahan pemerintah dalam pengawasan, rakyatlah yang akhirnya menjadi korban.

Cara Islam Mengatasi Masalah ini
Islam sebagai pandangan hidup yang paripurna, bisa memberikan solusi basi setiap permasalahan manusia secara cepat, efisien dan tuntas. Dalam masalah merebaknya kasus meledaknya tabung gas elpiji ini, Islam memberikan beberapa solusi yaitu :
Adanya sanksi hukum yang tegas
Islam menganggap dalam situasi seperti ini, harus ada sistem hukum yang tegas untuk menindak pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah ini, apa itu pihak pembuat tabung gas dan perlengkapannya, pengedar, penjual dan kalau perlu adalah pejabat berwenang dikarenakan telah lalai dalam pengawasan. Sehingga tidak dibenarkan dalam hal ini pihak-pihak yang terkait saling lempar tanggung jawab. Misalnya bagi yang terbukti telah membuat atau mengedarkan atau menjual barang yang bisa membahayakan orang lain dikenai hukum ta’zir, mulai dari diberi nasehat sebagai peringatan sampai dihukum mati. Karena islam memerintahkan untuk menghilangkan sesuatu yang membahayakan bagi umat sebagaimana sabda Rasulullah “La dharara wala dhirara (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)” (Tidak boleh membuat mudarat/membahayakan kepada dirinya sendiri dan tidak pula membuat mudarat/membahayakan kepada orang lain).
Pemerintah tidak memonopoli pembuatan tabung gas
Biarkan tabung gas dibuat oleh perusahaan manapun, ataupun diimpor dari manapun asalkan transparan dan harus bisa dipertanggung jawabkan kualitasnya, sehingga tidak akan terjadi kasus seperti diatas, impor dari Cina dengan kualitas jelek hanya karena mengejar keuntungan belaka.
Adanya Hakim (Qadhi) yang setiap hari berkeliling untuk mengontrol
Dalam Islam untuk mengantisipasi hal ini, ada salah satu perangkat hukum yaitu hakim yang khusus menangani masalah seperti ini yang kesehariannya keliling dan bertugas untuk menghukumi para pelaku usaha yang melakukan perbuatan merugikan orang lain, seperti menjual tabung gas palsu. Dan saat itu juga jika diketahui ada yang berbuat seperti itu bisa segera diketahui dan dikenai sanksi secepatnya, sehingga tidak seperti kasus tabung gas saat ini, begitu sudah banyak korban baru diusut. Jadi secara tegas bagi perusahaan yang membuat tabung dengan kualitas jelek maka akan dihukum, dan hasil produksinya akan dimusnahkan.
Tidak ada standar harga dari pemerintah
Dalam Islam, Negara dilarang untuk mentukan harga komoditas atau barang apapun semua diserahkan ke pasar, tetapi Negara mempunyai kewajiban untuk mengontrol kondisi pasar agar harga tetap normal. Misalnya ketika ada kelangkaan gas yang mengakibatkan harga melambung tinggi, maka tugas Negara adalah menyediakan pasokan yang cukup sehingga tidak menjadikan harga naik tinggi. Atau ketika ada pihak-pihak yang sengaja menimbun maka pemerintah akan menindak tegas pelaku sehingga kondisi harga dipasaran tetap wajar, jadi bukan menetapkan harga. Dalam masalah tabung gas, salah satu pemicu maraknya kasus meledaknya tabung gas tidak lain adalah adanya penetapan harga tabung gas yang berbeda antara 3 kg dan 12 kg. Hal ini justru memicu pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk berbuat curang yang akhirnya berdampak pada pencurian gas dari tabung 3 kg dialihkan ke 12 kg. Hal ini banyak menimbulkan dampak negatif yang berimbas pada kesengsaraan rakyat, seperti gas elpiji 3 kg kehabisan stock, rusaknya tabung gas karena dioplos yang akhirnya meledak. Kalau pun ada subsidi maka yang diperbaiki adalah teknis pemberian subsidi bukan harga gas yang dibedakan. Misal untuk masyarakat kurang mampu diberikan voucher untuk pembelian gas 3 kg.
Konversi disesuaikan dengan kultur masyarakat
Yang perlu diperhatikan lagi dari kasus maraknya ledakan gas ini salah satu penyebab adalah kurangnya pengetahuan mereka akan penggunaan secara benar. Sebagaimana yang disampikan oleh Kepala Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), bahwa penyebab kebocoran gas umumnya, terjadi karena permasalahan pada selang. Selain itu karena adanya masalah pada regulator dan tabung. Ini gambaran bahwa sosialisasi yang dilakukan pemerintah kepada pengguna tabung gas untuk disiplin mengganti selang dan regulator secara berkala kurang maksimal. Sehingga memicu terjadinya kecelakaan pada penggunanya. Oleh karena itu semestinya kebijakan konversi energy ini bisa lebih fleksible, sehingga masyarakat pedesaan atau masyarakat yang sudah terbiasa dengan minyak tanah biarkan mereka memakai minyak tanah, bagi yang sudah terbiasa dengan gas biarkan mereka memakai gas. Kalau masyarakat pedesaan secara pengetahuan kurang, dan mereka akan kesulitan bila diberi sosialisasi pemakaian gas maka sebaiknya tidak dipaksakan. Ingat Negara adalah pihak yang semestinya bias memberikan perlindungan kepada rakyat bukan malah menebar teror ledakan tabung gas.
Negara memberikan “Jaminan Sosial” bagi masyarakat
Dalam Islam, Negara dalam kasus ledakan tabung gas akan memberikan satunan secukupnya bagi masyarakat yang terkena dampak dari ledakan tabung gas ini. Tentunya santunan akan diberikan bagi masyarakat miskin. Jika akibat ledakan ini rakyat miskin sampai kehilangan rumah maka Negara akan memberikan rumah atau kondisi-kondisi lainnya. Akan tetapi jika yang menjadi korban adalah orang kaya maka akan dilihat, jika karena ledakan tabung gas ini sampai mengakibatkan dia menjadi miskin maka Negara akan membantunya, jika tidak maka Negara tidak mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan. Demikian juga masalah kesehatan, jika dalam ledakan tabung gas ini sampai menimbulkan masalah kesehatan misalnya luka bakar maka Negara akan memberikan bantuan. Sehingga apabila ada pejabat berwenang yang kemudian akibat ledakan ini malah saling lempar tanggung jawab amak akan dikenai sangsi tegas. Jadi dalam masalah akibat ledakan tabung gas ini adalah merupakan tanggung jawab sepenuhnya Negara, tidak bisa dibebankan oleh perusahaan pembuat atau penjual tabung gas. Kalau pun kemudian perusahaan tersebut terbukti membuat tabung gas dengan kualitas jelek maka bukan dituntut untuk memberikan ganti rugi akan tetapi dikenai sangsi hukum yang tegas. Jadi tidak hanya memberikan sekedar uang duka, apalagi hanya mengganti selang dan regulator itupun tidak gratis malah membayar yang masyarakat miskin kesulitan untuk membelinya.

Ikhtitam
Memang sudah saatnya masyakat kembali dalam naungan Islam dalam setiap aktivitas kehidupan ini. Islam adalah agama yang diciptakan oleh Allah SWT, Dzat yang telah menciptakan manusia, yang telah memberikan aturan hidup yang sempurna. Dan terbukti mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang ada tidak terkecuali masalah ledakan tabung gas, yang sampai saat ini masih membuat pemerintah “gagap” dalam mencari solusi. Islam telah terbukti memberikan solusi yang cepat, efisien dan tuntas.
Sebagaimana firman Allah SWTdalam surat Al Maidah ayat 3:

الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ، الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agama kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kalian kepada-Ku. Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, telah mencukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan telah meridhai Islam menjadi agama bagi kalian”. Wallahu A’lamu bisshawab.