Jumat, 06 Agustus 2010

RAMADHAN DAN KETAQWAAN UMAT ISLAM DI SELURUH ASPEK KEHIDUPAN


Tidak terasa bulan suci Ramadhan sebentar lagi tiba, puji syukur tentunya kita panjatkan kepada Allah swt semoga kita semua umat Islam dapat berjumpa kembali dengan bulan ramadhan, bulan yang penuh dengan kemuliaan, Marhaban yaa Ramadhan, Marhaban yaa Syahrul Mubarok. Dengan kedatangan ramadhan kali ini, sebagai umat Islam tentunya kita sangat gembira menyambutnya, karena Allah swt telah menjadikan bulan Ramadhan penuh dengan kemuliaan, bulan yang sangat istimewa di antara bulan-bulan yang lainnya. Lantas sejauh mana persiapakan kita dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadhan kali ini?

Keutamaan Bulan Suci Ramadhan
Wajib hukumnya memahami perintah ibadah puasa ramadhan bagi kaum muslimin ketika hendak menjalankan syari’at tersebut. Dengan demikian puasa ramadhan yang kita akan jalani nantinya lebih berkualitas di hadapan Allah swt. Tentang kewajiban menjalankan puasa ramadhan, Allah swt secara tegas dan jelas mewajibkan kepada Nabi Muhammad saw dan umat Islam untuk menunaikannya, sebagaimana telah diwajibkan atas Nabi-Nabi dan umat-umatnya terdahulu, sebagaimana firman-Nya : “Hai orang-orang yang beriman diwajbkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,” (QS. Al Baqarah: 183). Amal perbuatan yang baik haruslah dilaksanakan dengan ikhlas dan showwab. Karena hanya dengan niat yang ikhlas hanya kepada Allah swt akan menjadikan ibadah puasa tersebut diterima.
Di samping ikhlas, suatu perbuatan yang baik adalah harus showwab, yaitu tata cara yang digunakan dalam melaksanakan ibadah tersebut adalah mutlak harus benar, benar menurut syari’at Islam, sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad saw. Puasa ramadhan dapat ditunaikan manakala umat Islam telah menyaksikan kehadiran bulan ramadhan, Allah swt. firman : “Barangsiapa di antara kamu hadir (syahida) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al Baqarah: 185). Hadir (syahida) dalam ayat tersebut adalah menyaksikan masuknya bulan baru yaitu bulan Ramadhan. Sedangkan penentuan kapan masuknya bulan Ramadhan dapat dilakukan dengan metode penentuan yang disahkan hukum syara’, yaitu dengan metode hisab atau metode ru’yat. Selama belum adanya kepemimpinan Islam, saat ini umat Islam boleh berbeda pendapat dalam mengawali dan mengakhiri puasa ramadhan, asalkan perbedaan dalam penentuan awal dan akhir ramadhan tersebut dilakukan berdasarkan pada kedua metode tersebut, karena keduanya sama-sama benar dan memiliki landasan nash syar’i. Oleh karena itu, apabila awal masuknya bulan ramadhan sudah diketahui maka saat itu juga kaum muslimin diwajibkan puasa ramadhan.
Ada banyak keutamaan bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan, bagi mereka yang berpuasa karena keimanan kepada Allah swt. maka akan diampuni dosa-dosanya, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (Hadits Muttafaq 'Alaih). Akan tetapi, seseorang yang puasa tidak berdasarkan keimanan, maka yang didapatkan hanyalah rasa lapar dan haus saja, Rasulullah saw. bersabda : ”Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak dapat apa-apa kecuali haus dan lapar” (HR. Bukhari & Muslim). Keutamaan bulan suci Ramadhan yang lain adalah dicurahkannya rahmat Allah, maghfiroh dan dilipatgandakan setiap amal kebaikan dengan pahala yang berlipat-lipat. Adapun amalan di bulan ramadhan sangat banyak sekali diantaranya: puasa ramadhan itu sendiri, sholat wajib, dan sholat sunah (tarawih dll), taddarus Al Qur’an, memperbanyak berdo’a & dzikir, bersedekah, I’tikaf, dll. Beramal kebaikan di malam lailatur qadr adalah lebih baik dari seribu bulan. Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i). Dari Ubadah bin Ash Shamit, Nabi saw. bersabda: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a" (HR.Ath-Thabrani). Dari Abu Hurairah ra., Nabi bersabda: "Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat." (Bukhari dan Muslim).
Keutamaan bulan ramadhan yang lain adalah malam diturunkannya Al Qur’an (Nuzulul Qur’an), di mana banyak pendapat pada malam ke 17 di bulan ramadhan, Allah swt berfirman: “Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil)” (QS. Al Baqarah: 185). Yang terpenting bagi umat Islam saat ini adalah tidak sekedar mengimani Al Qur’an hanya sebagai kitab sucinya, tetapi harus menjaga kesucian Al Qur’an dengan cara membacanya, memahami isinya dan mengamalkan dalam kehidupannya, baik kehidupan pribadi, maupun bermasyarakat dan bernegara. Karena hakikat Al Qur’an diturunkan Allah adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia agar tidak sesat hidupnya baik di dunia maupun di akhirat, yaitu menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dan peraturan hidup di semua aspek kehidupan seperti mu’amalah, hukum dan peradilan, sosial, pemerintahan, politik, pendidikan dll. Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia adalah sebagai jawaban atas segala persoalan yang dihadapi manusia, apakah persoalan korupsi, krisis ekonomi, BBM, krisis listrik, kasus tabung gas, kemiskinan, pornografi & pornoaksi, dan sebagainya. Semua persoalan yang dihadapi manusia jawabannya ada di dalam Al Qur’an. Oleh karena itu Rasulullah saw telah berwasiat kepada kita, sebagaimana dalam sabdanya: “Aku telah tinggalkan kepada kalian semua dua perkara, jika kalian berpegang tegu kepada keduanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu kitabullah (Al Qur’an dan Sunnahku)” (HR. Imam Malik).
Di samping itu, ada keutamaan yang wajib dilakukan umat Islam ketika di penghujung ramadhan yaitu menunaikan zakat fitrah, “Bahwasannya Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadhan terhadap setiap orang dari kalangan muslimin” (HR. Muslim). Zakat fitrah wajib ditunaikan seluruh kaum muslimin baik orang tua maupun anak kecil, laki-laki, wanita dan orang-orang yang menjadi tanggungannya, dari Ibnu Umar : “Rasulullah saw memerintahkan menunaikan zakat fitrah untuk anak kecil, orang tua, orang merdeka, dan budak yang masuk dalam tanggungannya” (HR. Ad-Daruquthni dan Baihaqi). Adapun zakat fitrah dapat dibayarkan dalam semua jenis makanan pokok, seperti: gandum, kurma, keju, dan anggur kering. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Sa’id Al-Khudry ra: “Dulu kami mengeluarkan zakat fitrah (sebanyak) satu gantang makanan, atau gandum, atau tamr (kurma), atau keju, atau anggur kering” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan setiap jiwa diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah sebelum sholat ied fitri dilaksanakan, hal ini didasarkan pada hadits dari Ibnu ‘Abbas : “Barangsiapa yang menyerahkannya sebelum shalat (‘Ied), berarti ia adalah zakat yang diterima. Dan barangsiapa yang menyerahkan setelah shalat (‘Ied), maka ia hanyalah sedekah biasa”.
Begitu banyak keutamaan amal kebaikan di bulan suci ramadhan, oleh karena itu sebagai umat Islam kita harus mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangannya agar dalam menjalankan ibadah-ibadah di bulan suci ramadhan nantinya lebih optimal dan lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.

Ramadhan Sebagai Momentum untuk Membangun Ketaqwaan Individu, Masyarakat & Negara
Kemuliaan bulan suci ramadhan harus diraih dengan melakukan kebaikan, baik yang bersifat wajib maupun yang sunah dan meninggalkan yang haram maupun yang makruh. Banyak di antara kaum muslimin yang menjadikan ramadhan hanya sebagai ibadah ritual, yaitu hanya memperbanyak dzikir, do’a, qiyamul lail, baca Al Qur’an, dan sebagainya yang berupa ibadah mahdloh saja, hal inilah yang menjadikan bulan ramadhan terkesan sebagai bulan ritual. Kondisi seperti ini hampir dapat dijumpai di mana-mana setiap bulan ramadhan tiba, mereka menganggap bahwa banyak menyibukan diri dalam ibadah mahdloh merupakan satu-satunya jalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. Pemikiran umat Islam yang menjadikan Islam hanya sebagai agama ritual merupakan akibat dari propaganda barat atas ide sekulerisme yang terus dilakukan terhadap umat Islam. Padahal ramadhan adalah momen yang terbaik bagi umat Islam untuk melakukan kebaikan dalam menjalankan ibadah mahdloh, disamping juga ibadah ghoiru mahldoh. Adapun ibadah ghoiru mahdloh yang sering ditinggalkan umat Islam adalah menunaikan kewajiban dakwah amar ma’ruf nahi munkar, padahal telah diwajibkan Allah swt., sebagaimana berfirmanNya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An Nahl: 125). “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104).
Menjalankan semua kewajiban termasuk kewajiban dakwah Islam merupakan jalan lain yang dapat mendekatkan (taqqorub) diri kita kepada Allah swt. Jadi tidak hanya dengan ibadah yang bersifat ibadah mahdloh terlebih yang sunnah saja, semua harus dijalankan dengan bersungguh-sungguh dengan skala prioritas menjalankan seruan Allah yang wajib terlebih dahulu dan meninggalkan seruan yang diharamkanNya dengan diikuti amalan-amalan sunnah lainnya. Banyak peristiwa-peristiwa dakwah Islam yang terjadi di masa rasulullah saw. dan para sahabatnya, kita ingat peristiwa Perang Badar, pertempuran pasukan kaum muslimin yang hanya berjumlah kurang lebih hanya 313 orang melawan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1.000 orang. Namun pertempuran yang terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-2 hijriyah tersebut dapat dimenangkan pasukan kaum muslimin walaupun harus berjuang habis-habisan. Dan masih banyak peristiwa dakwah Islam yang terjadi di bulan ramadhan pada masa kepemimpinan Islam masa lalu yang harus dijadikan teladan bagi umat Islam untuk bangkit kembali.
Oleh karena itu, momentum ramadhan kali ini harus dijadikan momen untuk membangun ketaqwaan kepada Allah swt di seluruh aspek kehidupan, baik ketaqwaan individu, masyarakat maupun Negara, sebagaimana perintah Allah agar dengan puasa ramadhan ini umat Islam menjadi orang-orang bertaqwa. Dengan mengharap ridho Allah swt kita jadikan diri kita sebagai saksi atas kemulian bulan suci ramadhan tahun ini, bukan bulan ramadhan yang menyaksikan tanpa melakukan kewajiban-kewajiban dan amalan sunnah di dalamnya. Wallahu a’lam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar